Wednesday 12 April 2017

#UKKI-PPG V-UNY, “Muslimah Tangguh Anti Galau”

Tags

“Muslimah Tangguh Anti Galau”
Kajian Kemuslimahan UKKI PPG UNY V



Ahad, 2 April 2017, UKKI PPG UNY V Bidang Kemuslimahan mengadakan kegiatan pertamanya, yaitu kajian kemuslimahan. Pembicara adalah ustadzah Martin Suwarti, S.Pd., yang berdomisili tidak terlalu jauh dari asrama UNY kampus Wates. Hasil diskusi disepakati tema kajian pertama ini tentang pertahanan diri, bagaimana caranya menjadi muslimah yang tangguh dan anti galau.
Galau itu apa?

Mungkin agak sulit bagi kita untuk menjelaskan makna galau dalam bahasa yang lugas, pokoknya ada kaitannya dengan perasaan. Dalam beberapa artikel di internet, sebagain besar menuliskan bahwa galau adalah...
“perasaan tidak tenang di dalam hati dan pikiran manusia. Perasaan tidak tenang itu bisa disebabkan oleh perasaan sakit hati, kecemburuan, ketegangan saat harus menghadapi sesuatu, dan beban pikiran. Ketika seseorang memiliki masalah tersebut, biasanya akan berujung pada kegalauan”.

Siapa sih, yang tidak pernah galau?

Jawabannya... saya atau kamu, dia, kita, kami, agaknya pernah mengalami galau. Galau itu bagian dari fitrah kita sebagai manusia. Maka sewajarnya bila kita mengalami kegalauan. Akan menjadi masalah ketika kegalaun mulai mengganggu dan memengaruhi kualitas hidup kita sehari-hari. Padahal kita harus menjadi muslimah yang tidak goyah dan surut langkah hanya karena galau.
Muslimah yang kuat mampu mengatasi masalah dalam hidupnya tanpa berkeluh kesah, tidak mudah cemas atau gelisah karena selalu beriman kepada Allah SWT. Bagaimana caranya supaya kita bisa menjadi kuat bahkan tangguh?. Ada empat cara yang bisa dilakukan untuk menjadi muslimah yang tangguh dan anti galau:

1.      Kekuatan Ubudiyah

Memiliki rasa kedekatan diri dengan Allah SWT. Karena yang menggenggam hati kita adalah Allah SWT. Jika kita membantu agama Allah SWT, maka Allah SWT akan membantu kita dengan yang lebih baik. Jangan risau dengan tugas-tugas yang banyak hingga lalai pada kewajiban terhadap-Nya. Dekatkan diri dulu pada Allah SWT, nanti Allah SWT yang akan mengatur segala sesuatunya untuk kita. Tetapi bukan berarti tugas tidak dikerjakan yaa..

2.      Wawasan yang luas

Bisa ditumbuhkan dengan cara banyak membaca. Bukan hanya membaca buku, membaca situasi alam juga perlu. Membaca berarti menambah ilmu dan seharusnya kita semakin dekat dengan Allah SWT karena bersamaan dengan itu kita menyadari bahwa apa yang kita ketahui saat ini ternyata sangatlah sedikit dari pengetahuan di alam semesta ini, sungguh hanya Allah Yang Maha Tahu. Jika ternyata dengan wawasan yang luas tidak menjadikan kita lebih tenang, tetap galau, dan tidak semakin dekat dengan Allah SWT, berarti ada yang salah dengan diri kita dan itu harus segera diperbaiki.

3.      Tekun dalam spesialisasi

Setiap orang memiliki kecerdasannya masing-masing (kecerdasan bahasa, matematika-logika, spesial/kreatifitas, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis). Alangkah hebatnya bila kita memiliki semua kecerdasan tersebut. Akan tetapi tidak mengapa pula bila kita hanya termasuk salah satu diantaranya. Sebagai seorang yang sedang dalam proses menuntut ilmu agar menjadi berpendidikan, berkarakter, dan profesional dalam bidang masing-masing, maka tekunilah kecerdasan kita itu. Sehingga melalui kecerdasan yang kita miliki itu dalam digunakan untuk mengelola hati agar tidak rapuh terjatuh karena galau.

4.      Kemampuan untuk berjejaring

Untuk poin ini bisa kita tempuh melalui media sosial. Tentu saja dengan terlebih dahulu dipikirkan, jangan sampai menuju kemaksiatan. Perkuat ukhuwah dengan sesama.

Ternyata itu masih kurang ampuh juga?. Ada lagi kunci yang bisa kita gunakan untuk membuka pintu dan menerobos melalui sang galau tersebut,
1.      Sabar
2.      Adukanlah semua itu kepada Allah SWT
3.      Berpikir positif
4.      Dzikrullah (mengingat Allah SWT)

Terkhusus muslimah yang telah melalui masa usia remaja akhir seperti halnya mahasiswi PPG di tahun 2017 ini, lagi-lagi masalah hati adalah hal yang agak sensitif. Ada beberapa tips untuk mengatasi kegalauan “merah jambu” dari Ustadzah Martin, yaitu:

1.      Sibukkan diri untuk hal-hal yang bermanfaat
Misalnya dengan membaca buku, membaca Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an, dan lain sebagainya yang bermanfaat dan lebih mendekatkan kita pada Allah SWT.

2.      Iringi dengan do’a
Untuk bertemu jodoh, serahkan saja pada Allah SWT. Minta yang terbaik, pasti akan tiba masanya Allah SWT beri yang terbaik untuk kita. Meskipun ada yang cepat dipertemukan dengan jodohnya dan ada pula yang agak lama. Tidak mengapa, tugas kita adalah berproses.

3.      Jangan merasa lemah
Dimulai dari menjaga kesehatan. Allah SWT lebih suka muslimah yang tangguh.

4.      Hindari panjang angan-angan

Kita boleh bermimpi tetapi dengan syarat berjuang untuk menggapai mimpi tersebut. Dalam suatu khutbahnya di Kufah, Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah panjang angan dan mengikuti hawa nafsu. Adapun panjang angan akan menyebabkan kalian melupakan akhirat. Sementara, mengikuti hawa nafsu akan menjauhkan kalian dari kebenaran.

5.      Berdo’a memohon kebaikan untuk dunia dan akhirat
Jaga keseimbangan diri kita, ukhti.

6.      Jika jatuh cinta, serahkan rasa itu kepada Allah SWT.



Dalam kajian ini ada beberapa pertanyaan dari jamaah, salah satunya adalah bagaimana caranya agar kita bisa memasrahkan segalanya kepada Allah SWT dan tidak berhenti berharap kepada Allah SWT?

Jawaban: Apa yang terjadi pada diri kita, sudah ditakdirkan Allah SWT dalam lauhumahfuz. Boleh jadi yang sedang terjadi pada kita ini merupakan jalan kita menuju takdir yang baik. Untuk dapat memasrahkan segalanya pada Allah SWT, mulailah dengan berprasangka baik kepada-Nya. Kalau kita tidak yakin kepada Allah, bagaimana kita dapat yakin bahwa masalah itu akan teratasi. Padahal segala sesuatunya terjadi hanya atas kehendak-Nya.

Jadi, kesimpulannya adalah....

Berkiprahlah semampu kita dengan bersungguh-sungguh, genggamlah dunia untuk kampung akhirat. Jadilah orang yang selalu dekat dengan Allah Ta’ala. Berkeluh kesah atau galau adalah fitrah manusia, tetapi itu bukan alasan bagi kita untuk menjadi lemah, karena “La Tahzan, Innallaha Ma’ana” (QS. At Taubah:40).

Semoga ringkasan kajian ini bermanfaat sehingga dapat kita lakukan dan menjadi pemberat amal kita di hari perhitungan kelak. Aamiin.


Notulis : Ineuy Handayani


EmoticonEmoticon