“Muslimah
Tangguh Anti Galau”
Kajian
Kemuslimahan UKKI PPG UNY V
Ahad,
2 April 2017, UKKI PPG UNY V Bidang Kemuslimahan mengadakan kegiatan
pertamanya, yaitu kajian kemuslimahan. Pembicara adalah ustadzah Martin
Suwarti, S.Pd., yang berdomisili tidak terlalu jauh dari asrama UNY kampus
Wates. Hasil diskusi disepakati tema kajian pertama ini tentang pertahanan
diri, bagaimana caranya menjadi muslimah yang tangguh dan anti galau.
Galau itu apa?
Mungkin
agak sulit bagi kita untuk menjelaskan makna galau dalam bahasa yang lugas,
pokoknya ada kaitannya dengan perasaan. Dalam beberapa artikel di internet,
sebagain besar menuliskan bahwa galau adalah...
“perasaan tidak tenang di dalam
hati dan pikiran manusia. Perasaan tidak tenang itu bisa disebabkan oleh perasaan
sakit hati, kecemburuan, ketegangan saat harus menghadapi sesuatu, dan beban
pikiran. Ketika seseorang memiliki masalah tersebut, biasanya akan berujung
pada kegalauan”.
Siapa sih, yang tidak
pernah galau?
Jawabannya...
saya atau kamu, dia, kita, kami, agaknya pernah mengalami galau. Galau itu
bagian dari fitrah kita sebagai manusia. Maka sewajarnya bila kita mengalami
kegalauan. Akan menjadi masalah ketika kegalaun mulai mengganggu dan
memengaruhi kualitas hidup kita sehari-hari. Padahal kita harus menjadi
muslimah yang tidak goyah dan surut langkah hanya karena galau.
Muslimah
yang kuat mampu mengatasi masalah dalam hidupnya tanpa berkeluh kesah, tidak
mudah cemas atau gelisah karena selalu beriman kepada Allah SWT. Bagaimana
caranya supaya kita bisa menjadi kuat bahkan tangguh?. Ada empat cara yang bisa
dilakukan untuk menjadi muslimah yang tangguh dan anti galau:
1.
Kekuatan Ubudiyah
Memiliki
rasa kedekatan diri dengan Allah SWT. Karena yang menggenggam hati kita adalah
Allah SWT. Jika kita membantu agama Allah SWT, maka Allah SWT akan membantu
kita dengan yang lebih baik. Jangan risau dengan tugas-tugas yang banyak hingga
lalai pada kewajiban terhadap-Nya. Dekatkan diri dulu pada Allah SWT, nanti
Allah SWT yang akan mengatur segala sesuatunya untuk kita. Tetapi bukan berarti
tugas tidak dikerjakan yaa..
2.
Wawasan yang luas
Bisa
ditumbuhkan dengan cara banyak membaca. Bukan hanya membaca buku, membaca
situasi alam juga perlu. Membaca berarti menambah ilmu dan seharusnya kita
semakin dekat dengan Allah SWT karena bersamaan dengan itu kita menyadari bahwa
apa yang kita ketahui saat ini ternyata sangatlah sedikit dari pengetahuan di
alam semesta ini, sungguh hanya Allah Yang Maha Tahu. Jika ternyata dengan
wawasan yang luas tidak menjadikan kita lebih tenang, tetap galau, dan tidak
semakin dekat dengan Allah SWT, berarti ada yang salah dengan diri kita dan itu
harus segera diperbaiki.
3.
Tekun dalam spesialisasi
Setiap
orang memiliki kecerdasannya masing-masing (kecerdasan bahasa,
matematika-logika, spesial/kreatifitas, kinestetis-jasmani, musikal,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalis). Alangkah hebatnya bila kita
memiliki semua kecerdasan tersebut. Akan tetapi tidak mengapa pula bila kita
hanya termasuk salah satu diantaranya. Sebagai seorang yang sedang dalam proses
menuntut ilmu agar menjadi berpendidikan, berkarakter, dan profesional dalam
bidang masing-masing, maka tekunilah kecerdasan kita itu. Sehingga melalui
kecerdasan yang kita miliki itu dalam digunakan untuk mengelola hati agar tidak
rapuh terjatuh karena galau.
4.
Kemampuan untuk berjejaring
Untuk
poin ini bisa kita tempuh melalui media sosial. Tentu saja dengan terlebih
dahulu dipikirkan, jangan sampai menuju kemaksiatan. Perkuat ukhuwah dengan
sesama.
Ternyata itu masih
kurang ampuh juga?. Ada lagi kunci yang bisa kita gunakan untuk membuka pintu
dan menerobos melalui sang galau tersebut,
1. Sabar
2. Adukanlah
semua itu kepada Allah SWT
3. Berpikir
positif
4. Dzikrullah
(mengingat Allah SWT)
Terkhusus
muslimah yang telah melalui masa usia remaja akhir seperti halnya mahasiswi PPG
di tahun 2017 ini, lagi-lagi masalah hati adalah hal yang agak sensitif. Ada
beberapa tips untuk mengatasi kegalauan “merah jambu” dari Ustadzah Martin,
yaitu:
1. Sibukkan
diri untuk hal-hal yang bermanfaat
Misalnya dengan membaca
buku, membaca Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an, dan lain sebagainya yang
bermanfaat dan lebih mendekatkan kita pada Allah SWT.
2. Iringi
dengan do’a
Untuk bertemu jodoh,
serahkan saja pada Allah SWT. Minta yang terbaik, pasti akan tiba masanya Allah
SWT beri yang terbaik untuk kita. Meskipun ada yang cepat dipertemukan dengan
jodohnya dan ada pula yang agak lama. Tidak mengapa, tugas kita adalah
berproses.
3. Jangan
merasa lemah
Dimulai dari menjaga
kesehatan. Allah SWT lebih suka muslimah yang tangguh.
4. Hindari
panjang angan-angan
Kita
boleh bermimpi tetapi dengan syarat berjuang untuk menggapai mimpi tersebut.
Dalam suatu khutbahnya di Kufah, Ali bin Abi Thalib pernah berkata,
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah panjang angan dan
mengikuti hawa nafsu. Adapun panjang angan akan menyebabkan kalian melupakan
akhirat. Sementara, mengikuti hawa nafsu akan menjauhkan kalian dari kebenaran.
5. Berdo’a
memohon kebaikan untuk dunia dan akhirat
Jaga keseimbangan diri
kita, ukhti.
6. Jika
jatuh cinta, serahkan rasa itu kepada Allah SWT.
Dalam
kajian ini ada beberapa pertanyaan dari jamaah, salah satunya adalah bagaimana
caranya agar kita bisa memasrahkan segalanya kepada Allah SWT dan tidak
berhenti berharap kepada Allah SWT?
Jawaban:
Apa yang terjadi pada diri kita, sudah ditakdirkan Allah SWT dalam lauhumahfuz.
Boleh jadi yang sedang terjadi pada kita ini merupakan jalan kita menuju takdir
yang baik. Untuk dapat memasrahkan segalanya pada Allah SWT, mulailah dengan
berprasangka baik kepada-Nya. Kalau kita tidak yakin kepada Allah, bagaimana
kita dapat yakin bahwa masalah itu akan teratasi. Padahal segala sesuatunya
terjadi hanya atas kehendak-Nya.
Jadi, kesimpulannya
adalah....
Berkiprahlah
semampu kita dengan bersungguh-sungguh, genggamlah dunia untuk kampung akhirat.
Jadilah orang yang selalu dekat dengan Allah Ta’ala. Berkeluh kesah atau galau
adalah fitrah manusia, tetapi itu bukan alasan bagi kita untuk menjadi lemah,
karena “La Tahzan, Innallaha Ma’ana” (QS. At Taubah:40).
Semoga
ringkasan kajian ini bermanfaat sehingga dapat kita lakukan dan menjadi
pemberat amal kita di hari perhitungan kelak. Aamiin.
Notulis : Ineuy Handayani
EmoticonEmoticon