Wednesday 17 May 2017

UKKI-PPG-V UNY, OPEN DONATION, BAJU UNTUK MEREKA, RAMADHAN PENUH BERKAH


OPEN DONATION, BAJU UNTUK MEREKA, RAMADHAN PENUH BERKAH

Assalamua'alaikum,
Segala puji bagi Allah Azza wajalla yang telah banyak memberikan nikmat untuk kita semua dengan cintanya, dengan pengasih dan penyayangNya Allah SWT. berbagai nikmat tersebut Allah SWT kucurkan lebih deras dari air yang mengalir disungai yang terkadang kita lupa dengan itu semua.

Dengan KalamNya yang mulia Allah SWT telah banyak mengingatkan kita berulang ulang QS. Arrahman "Nikmat mana lagi yang kamu ingkari". Begitu juga QS. Al mursalat berulang ulang Allah mengatakan" kecelakaan besarlah orang yang mendustakannya. Pertanyaannya, bagaimana cara terbaik kita menyukuri dan berterima kasih kepada Allah Azza wajalla?. Allah telah mengatakan dengan cara " tidaklahKu ciptakan jin dan manusia hanya untuk menyembah kepadaKu. Jadi semua muara maksud maksud, defenisi defenisi, goal goal dunia ini hanyalah untuk mengingat Allah dan menyembah Allah SWT.



Penghulu telah datang, baiknya kita bergembira dan menyambutnya dengan penuh senyuman dan semngat beribadah tinggi. "Amal lagi, Amal dulu, Amal yuk." ramadhan yang penuh dengan kemuliaan cinta Allah SWT. Maka dari itu untuk menambah kekokohan amal kita hadir....



Open Donation, baju untuk mereka, ramadhan yang penuh berkah...

*o بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم o*

🍃 Assalamu'alaikum Wr.Wb 🍃
Sahabat semua yang Allah cintai,

9 HARI LAGI MENUJU RAMADHAN......

💐🍃💐🍃💐🍃💐🍃

*"Bulan yang penuh berkah insyallah akan kita jumpai, dimana Kalamullah diturunkan, keberkahan, rahmat dan ampunan Allah dibukakan selebar lebar, wahai orang orang beriman... Semangatlah"

"Maka yakinlah Allah akan membantu hidupnya didunia diakhirat saat dia membantu saudranya"

*📣📣KRING KRING KRING‼‼*

Dengan mengharap Ridho dan Rahmat Allah SWT. Hadirilah,,,

💝 _*OPEN DONATION, "BAJU UNTUK MEREKA, AMAL JARIYAH DI RAMADHAN* 💝

📝 Penggalangan donasi baju bekas layak pakai atau baru. Baju yang terkumpul
Digunakan untuk kegiatan baksos ramadhan tahun 1438 pada tanggal 10-11 Juni 2017 di dusun akmal, pengasih, kulon progo, DIY.

📌Dengan cara :
1. Sahabat semua bisa mengumpulkan bajunya langsung ke pengurus UKKI PPG V UNY.

2. Sahabat bisa mengumpulkannya terlebih dahulu per prodi nanti UKKI yang akan mengambil lewat ketua2 kelas.

📞More info:
☝ineuy 0853 1520 0054
✌Latif  0821 3724 1994

" Semoga Allah SWT memberikan pakaian kemulian kepada sahabat semua, di yaumil mahsyar, yaumil Qiyamah" Amiin.

PANITIA RAMADHAN diKAMPUS (RDK)
UKKI PPG V UNY

Jazakumulloh Khairan sahabat semua🙏🙏🙏

🌟Wassalamu'alaikum Wr.wb..


Friday 12 May 2017

#UKKI-PPG-V-UNY, PELATIHAN PERAWATAN JENAZAH PPG V UNY MINGGU 14 MEI 2017


PELATIHAN PERAWATAN JENAZAH PPG V UNY  MINGGU 14 MEI 2017

Assalamua'alaikum,

"Orang yang cerdas adalah orang yang menjalankan informasi akhirat dengan keimanan" ......

Wahai engkau yang Allah cintai dengan rahman dan rahimnya,
Wahai engkau yang Allah genggam urusamu, sesungguhnya waktu datang dan pergi itu pasti akan terjadi,
Waktu didatangkan dan waktu dipanggil itu pasti akan terjadi,

Salah satu cara untuk mencintai pemanggilan, dengan cara mengenal proses detik detik jenazah akan dimasukkan ke tanah menuju alam ghaib,

Hasan wa husein berkata kepada Ali ayahnya,
"Wahai ayah, mengapa engkau sibuk berpuasa pada siang hari, dan berlelah mengejar malam? Wahai anakku, hato esok itu sangat panjang, maka cicillah dari sekarang, jadikan dirimu sebagai diri akhirat jangan jadikan dirimu diri dunia"



 Sahabat PPG UNY V, Hadir bersama kita pelatihan perawatan jenazah oleh UKKI PPG V UNY, yang insyallah bermanfaat untuk jalan hidup kita, oleh karena jangan lewatkan acaranya sahabt semua,

ditunggu kedatangan sahabat PPG semua..
Wassalamualaikum....

Wednesday 12 April 2017

#UKKI-PPG-V, Tetaplah Mulia

Tetaplah Mulia

Hasil gambar untuk musim kemarau

Tepat pukul 6.30 pagi, ketika belum lama aku terbangun dari tidur lelapku, mereka berangkat keluar rumah bersama. Mereka kembali ke rumah setelah pukul 13.30 saat aku hendak istirahat setelah lelah bermain. Usiaku masih sangat dini untuk tau ke mana mereka pergi dan apa yang mereka lakukan di luar sana. Tak jarang aku menangis menahan mereka pergi. Saat itu kakek ku selalu menenangkanku dengan kelembutannya. Sering pula aku kegirangan ketika mendapati mereka pulang membawa bingkisan yang isinya cukup menarik.

Suatu siang saat aku bermain bersama kakek, aku bertanya. “Mbah, bapak dan ibu tiap pargi pergi ke mana? Kok lama perginya?”
“Bapak ibu mu pergi ke sekolah, mereka seorang guru.” Jawab beliau.
“Guru? Apa yang mereka lakukan di sana?” Tanyaku penasaran.
“Mereka mengajar anak-anak yang belajar sekolah. Membuat anak-anak menjadi pintar.”
Dari jawaban kakek aku tahu bahwa kedua orang tuaku berprofesi sebagai guru. Bapak seorang guru SMP, beliau mengajar mata pelajaran Bahasa Indinesia. Ibu mengajar di SD.

Semakin bertambah usia, rasa penasaranku terhadap profesi guru semakin bertambah. Pertanyaan sering aku sampaikan pada kedua orang tuaku. Berbagai jawaban aku dapatkan dari mereka. Salah satu penjelasan dari bapak yang selalu aku ingat sampai saat ini adalah bahwa guru adalah profesi atau pekerjaan yang pahalnya banyak. Saat itu aku tak sepenuhnya mengerti apa yang disampaikan bapak. Yang aku tahu, kalau kita punya banyak pahala berarti kita bisa masuk surga, dan surga itu adalah tempat yang menyenangkan. Lalu, apa hubungannya menjadi guru dengan banyak pahala?

Pertanyaan itu aku temukan jawabannya ketika aku telah bersekolah. Tepatnya saat aku duduk di bangku sekolah dasar. Ibu Mukhliati, guru mata pelajaran Agama Islam di sekolahku saat itu menjelaskan bahwa terdapat tiga perkara yang mendatangkan pahala yang tak terputus walau pelakunya sudah meninggal dunia. Salah satu perkara tersebut adalah ilmu yang bermanfaat. Pahala tidak terputus bagi seseorang yang menyampaikan ilmu yang bermanfaat. Beliau juga menjelaskan bahwa dengan menjadi guru kita dapat menyampaikan ilmu yang bermanfaat. Selain itu juga dapat menjadikan anak didik menjadi anak yang pintar, berbakti pada orang tua dan melakukan berbagai kebaikan yang lain. Semua itu dapat mengalirkan pahala yang tak terputus walau guru tersebut telah meninggal dunia dan InsyaAllah akan meringankan jalannya menuju surga. Mulai saat itu aku memiliki cita-cita untu menjadi guru.

Beranjak dewasa informasi yang aku dapat terkait kemuliaan seorang guru semakin banyak. “Sejatinya guru adalah profesi yang dijalani oleh para nabi” Ungkap seorang penceramah di sebuah forum. “Para nabi senantiasa mengajarkan kebaikan pada umatnya.” Akupun menyimpulkan bahwa para guru di zaman sekarang merupakan penerus perjuangan para nabi di zaman dahulu. Para guru meneruskan perjuangan para nabi dalam mengarahkan masyarakat kepada jalan kebaikan.

Sebuah kemuliaan pasti akan diikuti dengan tanggung jawab yang besar, pemikiran tersebut yang aku yakini. Besarnya kemuliaan para guru diikuti pula dengan besarnya tanggung jawab yang mereka pikul. Para guru tidak hanya bertugas menyampaikan ilmu namun juga berkewajiban mendidik para anak didik. Para guru dengan segala karunia yang diberikan Allah pada mereka juga bertanggung jawab pada kebermanfaatan ilmu yang mereka sampaikan. Lebih jauh lagi, mereka pun bertanggung jawab pada baik buruknya kelakuan para anak didik. Mereka dituntut memberikan keteladanan pada anak didik mereka sebagai upaya mengarahkan anak-anak menjadi generasi yang diselimuti kebaikan.

Cukup miris ketika saat ini para pemikul tanggun jawab tersebut tidak menjalankan tugasnya dengan maksimal. Berbagai faktor melatar belakangi. Mulai dari kebutuhan ekonomi dan tuntutan pekerjaan menjadikan mereka lupa untuk mendidik dan memberi keteladanan pada para anak didik. Kecilnya gaji guru di negeri ini dijadikan alasan bagi para guru untuk tidak fokus dalam menjalankan tugas. Mereka harus mencari sumber pendapatan lain demi tercukupi kebutuhan ekonomi. Bahkan tidak sedikit yang menjalankan dengan cara yang tidak halal. Tuntutan prestasi kerja pun menjadi penyebab banyak guru yang hanya mementingkan anak didiknya lulus dengan nilai yang baik, tak peduli bagaimana cara yang meraka lakukan apakah baik atau tidak.

Untuk itu, tepat di HUT Republik Indonesia ke 71 pada tanggal 17 Agustus tahun lalu aku mencoba mengukirkan sebuah catatan yang kumaksudkan sebagai pengingat bagi diri sendiri dan bagi rekan-rekan guru di seluruh pelosok negeri. Pengingat akan mulianya tugas para guru yang harus kita jaga kemuliaannya. Catatan itu berbentuk sebuah puisi yang aku beri judul “Tetaplah Mulia”. Seperti ini puisinya:

Tetaplah Mulia

Matahari, malalui kilaunya
Ia sinari alam semesta
Salurkan energi kehidupan
Bagi seluruh makhluk yang membutuhkan
Bintang-bintang bertaburan
Menghiasi gelapnya langit petang
Ia bimbing para petualang
Menuju arah yang tak mnyesatkan
Rembulan yang selalu mendampingi
Menemani di kala malam sunyi
Selalu sedia untuk memperingati
Para hamba berhati suci
Matahari, bintang dan Rembulan
Diciptakan dengan masing-masing peran
Mengemban amanat jalannya kehidupan
Hingga Sang Pencipta memberhentikan
Wahai kau para guru
Sang Pencipta menciptakanmu
Insan cendekia nan mulia
dengan segala karunia
Kau bukanlah matahari
Kau bukanlah bintang
Kau bukan pula rembulan
Namun engkau selayaknya mereka
Jika matahari menyinari semesta
Kau menyinari siapa saja yang berkenan menerima
Jika bintang menghiasi petang dan membimbing petualang
Kau bimbing para calon petualang hingga hidup ternaungi cahaya terang
Jika bulan menemani dan memperingati hati yang suci
Kau dampingi insan-insan agar tetap suci
Wahai kau para guru
Sang Pencipta menciptakanmu
Insan cendekia nan mulia dengan segala karunia
Tetaplah mulia!

Purwokerto, 17 Agustus 2016

Semoga di kemudian hari para guru semakin baik dalam membimbing anak didik menuju hari penuh kebaikan. Serta semoga nagera ini, dengan usia yang semakin dewasa, dapat menjalankan sistem pendidikan yang lebih membanggakan.

Oleh : Dian Adi Wibowo


#UKKI-PPG V-UNY, “Muslimah Tangguh Anti Galau”

“Muslimah Tangguh Anti Galau”
Kajian Kemuslimahan UKKI PPG UNY V



Ahad, 2 April 2017, UKKI PPG UNY V Bidang Kemuslimahan mengadakan kegiatan pertamanya, yaitu kajian kemuslimahan. Pembicara adalah ustadzah Martin Suwarti, S.Pd., yang berdomisili tidak terlalu jauh dari asrama UNY kampus Wates. Hasil diskusi disepakati tema kajian pertama ini tentang pertahanan diri, bagaimana caranya menjadi muslimah yang tangguh dan anti galau.
Galau itu apa?

Mungkin agak sulit bagi kita untuk menjelaskan makna galau dalam bahasa yang lugas, pokoknya ada kaitannya dengan perasaan. Dalam beberapa artikel di internet, sebagain besar menuliskan bahwa galau adalah...
“perasaan tidak tenang di dalam hati dan pikiran manusia. Perasaan tidak tenang itu bisa disebabkan oleh perasaan sakit hati, kecemburuan, ketegangan saat harus menghadapi sesuatu, dan beban pikiran. Ketika seseorang memiliki masalah tersebut, biasanya akan berujung pada kegalauan”.

Siapa sih, yang tidak pernah galau?

Jawabannya... saya atau kamu, dia, kita, kami, agaknya pernah mengalami galau. Galau itu bagian dari fitrah kita sebagai manusia. Maka sewajarnya bila kita mengalami kegalauan. Akan menjadi masalah ketika kegalaun mulai mengganggu dan memengaruhi kualitas hidup kita sehari-hari. Padahal kita harus menjadi muslimah yang tidak goyah dan surut langkah hanya karena galau.
Muslimah yang kuat mampu mengatasi masalah dalam hidupnya tanpa berkeluh kesah, tidak mudah cemas atau gelisah karena selalu beriman kepada Allah SWT. Bagaimana caranya supaya kita bisa menjadi kuat bahkan tangguh?. Ada empat cara yang bisa dilakukan untuk menjadi muslimah yang tangguh dan anti galau:

1.      Kekuatan Ubudiyah

Memiliki rasa kedekatan diri dengan Allah SWT. Karena yang menggenggam hati kita adalah Allah SWT. Jika kita membantu agama Allah SWT, maka Allah SWT akan membantu kita dengan yang lebih baik. Jangan risau dengan tugas-tugas yang banyak hingga lalai pada kewajiban terhadap-Nya. Dekatkan diri dulu pada Allah SWT, nanti Allah SWT yang akan mengatur segala sesuatunya untuk kita. Tetapi bukan berarti tugas tidak dikerjakan yaa..

2.      Wawasan yang luas

Bisa ditumbuhkan dengan cara banyak membaca. Bukan hanya membaca buku, membaca situasi alam juga perlu. Membaca berarti menambah ilmu dan seharusnya kita semakin dekat dengan Allah SWT karena bersamaan dengan itu kita menyadari bahwa apa yang kita ketahui saat ini ternyata sangatlah sedikit dari pengetahuan di alam semesta ini, sungguh hanya Allah Yang Maha Tahu. Jika ternyata dengan wawasan yang luas tidak menjadikan kita lebih tenang, tetap galau, dan tidak semakin dekat dengan Allah SWT, berarti ada yang salah dengan diri kita dan itu harus segera diperbaiki.

3.      Tekun dalam spesialisasi

Setiap orang memiliki kecerdasannya masing-masing (kecerdasan bahasa, matematika-logika, spesial/kreatifitas, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis). Alangkah hebatnya bila kita memiliki semua kecerdasan tersebut. Akan tetapi tidak mengapa pula bila kita hanya termasuk salah satu diantaranya. Sebagai seorang yang sedang dalam proses menuntut ilmu agar menjadi berpendidikan, berkarakter, dan profesional dalam bidang masing-masing, maka tekunilah kecerdasan kita itu. Sehingga melalui kecerdasan yang kita miliki itu dalam digunakan untuk mengelola hati agar tidak rapuh terjatuh karena galau.

4.      Kemampuan untuk berjejaring

Untuk poin ini bisa kita tempuh melalui media sosial. Tentu saja dengan terlebih dahulu dipikirkan, jangan sampai menuju kemaksiatan. Perkuat ukhuwah dengan sesama.

Ternyata itu masih kurang ampuh juga?. Ada lagi kunci yang bisa kita gunakan untuk membuka pintu dan menerobos melalui sang galau tersebut,
1.      Sabar
2.      Adukanlah semua itu kepada Allah SWT
3.      Berpikir positif
4.      Dzikrullah (mengingat Allah SWT)

Terkhusus muslimah yang telah melalui masa usia remaja akhir seperti halnya mahasiswi PPG di tahun 2017 ini, lagi-lagi masalah hati adalah hal yang agak sensitif. Ada beberapa tips untuk mengatasi kegalauan “merah jambu” dari Ustadzah Martin, yaitu:

1.      Sibukkan diri untuk hal-hal yang bermanfaat
Misalnya dengan membaca buku, membaca Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an, dan lain sebagainya yang bermanfaat dan lebih mendekatkan kita pada Allah SWT.

2.      Iringi dengan do’a
Untuk bertemu jodoh, serahkan saja pada Allah SWT. Minta yang terbaik, pasti akan tiba masanya Allah SWT beri yang terbaik untuk kita. Meskipun ada yang cepat dipertemukan dengan jodohnya dan ada pula yang agak lama. Tidak mengapa, tugas kita adalah berproses.

3.      Jangan merasa lemah
Dimulai dari menjaga kesehatan. Allah SWT lebih suka muslimah yang tangguh.

4.      Hindari panjang angan-angan

Kita boleh bermimpi tetapi dengan syarat berjuang untuk menggapai mimpi tersebut. Dalam suatu khutbahnya di Kufah, Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah panjang angan dan mengikuti hawa nafsu. Adapun panjang angan akan menyebabkan kalian melupakan akhirat. Sementara, mengikuti hawa nafsu akan menjauhkan kalian dari kebenaran.

5.      Berdo’a memohon kebaikan untuk dunia dan akhirat
Jaga keseimbangan diri kita, ukhti.

6.      Jika jatuh cinta, serahkan rasa itu kepada Allah SWT.



Dalam kajian ini ada beberapa pertanyaan dari jamaah, salah satunya adalah bagaimana caranya agar kita bisa memasrahkan segalanya kepada Allah SWT dan tidak berhenti berharap kepada Allah SWT?

Jawaban: Apa yang terjadi pada diri kita, sudah ditakdirkan Allah SWT dalam lauhumahfuz. Boleh jadi yang sedang terjadi pada kita ini merupakan jalan kita menuju takdir yang baik. Untuk dapat memasrahkan segalanya pada Allah SWT, mulailah dengan berprasangka baik kepada-Nya. Kalau kita tidak yakin kepada Allah, bagaimana kita dapat yakin bahwa masalah itu akan teratasi. Padahal segala sesuatunya terjadi hanya atas kehendak-Nya.

Jadi, kesimpulannya adalah....

Berkiprahlah semampu kita dengan bersungguh-sungguh, genggamlah dunia untuk kampung akhirat. Jadilah orang yang selalu dekat dengan Allah Ta’ala. Berkeluh kesah atau galau adalah fitrah manusia, tetapi itu bukan alasan bagi kita untuk menjadi lemah, karena “La Tahzan, Innallaha Ma’ana” (QS. At Taubah:40).

Semoga ringkasan kajian ini bermanfaat sehingga dapat kita lakukan dan menjadi pemberat amal kita di hari perhitungan kelak. Aamiin.


Notulis : Ineuy Handayani

#UKKI-PPG V-UNY, KEKUATAN HATI

KEKUATAN HATI



       Di alam raya ini, ada banyak sekali tumbuhan/ tanaman yang bisa menjadi obat. Ada puring, lidah buaya, kumis kucing, tapak doro, jahe, laos, dan masih banyak lagi lainnya. Semua tanaman ini tumbuh karena izin Allah.  Inilah karunia Allah SWT untuk kita. Allah hadirkan tumbuh-tumbuhan ini untuk menjadi obat. Obat penguat badan kita. Subhanallaah, rasanya kita harus memuji Allah dan berterima kasih atas karunia yang tiada terhingga ini, karena telah menumbuhkan berbagai macam tanaman obat untuk memperkuat tubuh manusia.

          Namun, tahukah kita? Kita tidak hanya sekedar membutuhkan badan yang kuat, tapi kita juga membutuhkan hati yang kuat. Bahkan, kalau kita mau membandingkan antara keduanya, kita lebih membutuhkan kekuatan hati daripada kekuatan tubuh. Kita butuh pada kekuatan tubuh, tapi kita lebih butuh lagi kekuatan hati. Mengapa??
Banyak orang yang bisa lari 7 km, 8 km, 10 km, bahkan lebih dari itu. Hal ini menunjukkan mereka adalah orang yang memiliki tubuh kuat. Tapi apa yang terjadi pada saat mendengar adzan??

Berat nian rasanya kaki ini melangkah ke masjid, padahal jarak ke masjidnya hanya 50 meter. Mengapa begitu berat berjalan ke masjid? Karena untuk ke masjid, yang dibutuhkan tidak hanya kekuatan tubuh, tapi juga kekuatan hati.

Ada orang yang sebenarnya secara fisik badannya lemah. Tapi karena memiliki hati yang kuat, Bismillaah…, dia tetap berangkat ke masjid memenuhi panggilan adzan. Memenuhi panggilan Allah untuk sholat di masjid. Hal yang sama, tidak jarang kita jumpai ada orang yang mengangkat beban 1 sak semen, 2 sak semen, 50 kg, bahkan 1 kwintal barang. Itu menunjukkan dia juga orang yang memiliki tubuh kuat. Namun, apa yang terjadi pada saat tidur, subuh, mendengar adzan, rasanya begitu berat mengangkat kelopak mata. Padahal berapa sebenarnya berat kelopak mata??
Kenapa terasa berat??

Karena untuk mengangkat kelopak mata, yang dibutuhkan oleh kita adalah “kekuatan hati”. Begitu besarnya peran dari kekuatan hati.

Dialah yang kelak akan menentukan baik buruknya seseorang. Sebagaimana yang disabdakan oleh nabi kita Muhammad SAW “Ingatlah di dalam diri kita ada segumpal daging yang bila segumpal daging itu baik, maka baiklah kita. Baiklah perilaku kita. Baiklah kata-kata kita. Tapi kalau segumpal daging itu jelek, jeleklah kita. Jeleklah perbuatan kita, jeleklah kata-kata kita. Ingatlah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” Karena itu, kalau kita membutuhkan tanaman obat untuk menguatkan tubuh, kita sebenarnya membutuhkan penguat-penguat bagi hati kita. Dan tahukah kita?? Sumber kekuatan hati itu sudah Allah SWT karuniakan kepada kita. Namanya adalah KESUSAHAN.

Kenapa bisa??

Kesusahan adalah obat penguat hati. Sehingga, siapapun orang yang mau menerima kesusahan hidup insya Allah dia akan memiliki hati yang kuat. Sudah banyak buktinya. Orang-orang yang tidak mau menerima kesusahan hidup, yang inginnya senang, yang inginnya dimanja, itu cenderung memiliki hati yang lemah. Hati yang tidak tahan. Hati yang tidak kuat. Dan demikian sebaliknya, orang-orang yang mau ditempa  oleh kesusahan, memiliki hati yang kuat.

Karena itu, kita amat membutuhkan yang namanya “kesusahan hidup”. Kalau boleh kita katakan, membutuhkan kesusahan hidup adalah bagian dari keniscayaan hidup. Sekali lagi, kesusahan dalam hidup adalah keniscayaan yang kita butuhkan.
Kenapa kita butuhkan??

Karena hidup tidak akan pernah lepas dari yang namanya senang dan susah. Tidak mungkin ada orang  yang selamanya senang, sebagaimana juga tidak mungkin ada orang yang selamanya susah. Silih berganti. Satu saat kita senang, lain waktu kita susah. Begitu memang yang sudah diatur oleh Allah SWT. Dan itu pasti punya makna. Itu pasti punya hikmah.

Hikmahnya apa??

Dengan dihadirkannya dua hal tadi, kita punya kesempaan untuk memiliki hati yang kuat. Caranya sederhana. Waktu senang, kita terima dengan lapang, waktu susah pun kita terima dengan lapang.

Mungkinkah kita bisa menerima kesusahan dengan lapang??

Mungkin. Bahkan, bukan cuma mungkin. Ini pasti akan kita lakukan jika kita memahami apa sebenarnya rahasia di balik  senang dan susahnya hidup. Karena hidup ini tidak pernah lepas dari yang namanya senang dan susah, maka akan berlaku hukum bahwa ketika orang sedang senang, itu tandanya dia akan susah. Dan kalau orang sedang susah, itu tandanya dia akan senang. Dan kita kalau ditanya, mana yang kita pilih?
Mau senang atau mau susah??

Hampir semua orang akan mengatakan “Saya maunya senang.” Nah, kalau kita menginginkan mau senang, bukankah berarti keadaan kita saat ini adalah susah?? Karena hanya dalam keadaan susah hidup kita akan senang. Kalau kita sedang susah, tandanya mau senang. Dan kalau kita sedang senang, tandanya kita mau susah. Berarti kalau begitu, mana yang membuat kita lebih lapang? Pada saat senang atau susah? Tentu jawabannya pada saat kita susah. Karena ketika kita sedang susah, tandanya kita mau  senang.

Inilah prinsip kita. “Saya bahagia ketika senang datang menyapa, tapi saya lebih bahagia saat susah datang bersua”. Mudah-mudahan kita semua punya persepsi yang benar. Kesusahan itu dihadirkan oleh Allah SWT agar kita memiliki hati yang kuat.


“Ya Allah, kuatkan hati ini dengan engkau berikan kekuatan kepada kami, lapang menerima apapun kesusahan hidup. Dan jadikan kesusahan hidup yang engkau karuniakan kepada kami, kami terima dengan lapang, yang membuat hati kami dikuatkan oleh-Mu. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin”


#UKKI-PPG-V UNY, KETIKA KITA MENGELUH

KETIKA KITA MENGELUH

Entah apakah hanya saya dan beberapa teman saja yang merasa selalu mengeluh, ataukah memang semua manusia pada dasarnya selalu mengeluh. Mengeluhkan kehidupan, mengeluhkan perkejaan, mengeluhkan pelajaran, mengeluhan fisik, mengeluhkan pertemanan, mengeluhkan makanan, mengeluhkan penampilan, mengeluhkan jodoh, mengeluhkan hujan, mengeluhkan panas, mengeluhkan air, mengeluhkan tugas, bahkan mengeluhkan sikap orang lain. Sadar atau tidaknya setiap hari ada ada saja keluhan yang terucap dari mulut kita, jikapun tidak terucap, mungkin keluhan itu hanya mampu terbersit dalam hati.
Saat kita mengeluh, saat itu pula kita melupakan bahwa ada Allah yang senantiasa bersama kita dalam keadaan apapun itu. Malukah kita pada-Nya?? Tanyakan pada diri sendiri. Jika boleh berpendapat, akan kuucapkan satu kalimat, kalimat yang selalu membuatku terpekur dalam kesedihan mendalam, tapi masih saja tak mampu melakukan apa-apa.
“Tak Tahu Malu”,
mungkin kalimat itulah yang pantas disematkan untuk diri ini. Kalimat yang cocok atas segala ketidak syukuran kita atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Karenanya, jika ingin mengeluh, ingatlah bahwa Allah SWT selalu bersama kita kapanpun dan dalam keadaan apapun.

KETIKA KITA MENGELUH
“Ampun!!! Susah banget kerjaan ini...”
Allah SWT menjawab,
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah: 6-7)

KETIKA KITA MENGELUH
“Sedih sekali rasanya...”
Allah SWT menjawab,
“La tahzan, Innallaha Ma’ana... Janganlah kau bersedih,
sesungguhnya Allah beserta kita”
(QS. At-Taubah: 40)

KETIKA KITA MENGELUH
“Saya sendirian, tidak seorangpun mau membantu -_-”
Allah SWT menjawab,
“Berdoalah (Mintalah)kepadaKu, niscaya Aku kabulkan untukmu”
(QS. Al-Mukmin: 60)

KETIKA KITA MENGELUH
“Yah, semua akan sia-sia”
Allah SWT menjawab,
“Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarrahpun,
niscaya ia akan melihat balasannya”.
(QS. Az-Zalzalah: 7)

KETIKA KITA MENGELUH
“Stress nih, bingung...”
Allah SWT menjawab,
“Hanya dengan mengingatKu, hati akan menjadi tenang”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

KETIKA KITA MENGELUH
“Rasanya gak sanggup, berat sekali.....”
Allah SWT menjawab,
“AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupan...”
(QS. Al-Baqarah: 286)

KETIKA KITA MENGELUH
“lelah sekali...”
Allah SWT menjawab,
“.... dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”
(QS. An-Naba: 9)

KETIKA KITA MENGELUH
“Ah, mana mungkin...”
Allah SWT menjawab,
“jika AKU menghendaki, cukup AKU berkata ‘JADI’, Maka jadilah”.
(QS. Yasin: 82)

Tulisan ini sebagai pengingat bagi diri bahwa tidak seharusnya keluhan selalu terlontar dari mulut atau terbersit dalam hati atas apa yang kita jalani dan hadapi saat ini. Banyak-banyaklah bersyukur kepada Allah SWT, karena syukur adalah obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan luka dari segala keluh kesah.


R.E.S.S

Bidang HUMAS MEDIA UKKI PPG V



Sunday 12 March 2017

#UKKI-PPG V-UNY "SYUKUR ITU INGATAN KEIMANAN”

#UKKI-PPG V-UNY "SYUKUR ITU INGATAN KEIMANAN”


Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya. (Mereka berdo’a), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. ....”. (QS. Al-Baqarah: 286).

Belakangan ini saya agak sering mengeluh. Tugas kuliah yang seperti tak kunjung berakhir, uang saku yang belum juga diberikan, usia sudah cukup tapi jodoh belum juga bertemu atau bertamu, dan lain sebagainya. Terlepas dari itu hanya candaan saja, bagi saya, itu ananiah, egois. Sifat “keakuan” yang merupakan bagian dari paket lengkap lahirnya kita di dunia ini. secara istilah, ananiah  berarti sikap mementingkan diri sendiri dan kurang memperhatikan orang lain.

            Bukan hal mudah bagi saya untuk membersihkan fikiran dari keluhan-keluhan yang seharusnya bisa tidak saya lakukan. Tapi itu harus dicoba dan dilakukan. Karena sudah jelas, tidak ada beban yang tidak dapat kita tanggung atas kehendak-Nya.

            Tugas kuliah yang tak seperti tak kunjung berkahir. Bersyukur. Di luar lingkaran kita, ada banyak orang yang mendambakan dirinya menjadi mahasiswa, menjadi orang yang bergelar profesional, tetapi langkahnya harus terhenti karena masalah ekonomi, masalah keluarga yang tidak mendukung dan merestui, masih kesulitan memilih dan menentukan jalan mana yang harus ia tempuh, karena sakit, dan juga karena ajal.

            Uang saku yang belum juga diberikan. Sudah tugas kita untuk terus belajar, seperti kata-kata hikmah (bukan hadis) yang agaknya sudah sering kali kita dengar, “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”. Pendidikan yang kita tempuh saat ini sama sekali tidak gratis. Dalam salah satu syarat menuntut ilmu, kita membutuhkan biaya. Kali ini biaya yang kita butuhkan dibebankan pada orang banyak, yang kita nikmati ini adalah amanah. Mata saya sampai berkaca-kaca ketika seorang sahabat mengingatkan, semakin sedikit uang yang kita terima maka semakin sedikit pula pertanggungjawaban kita kelak. Ada orang-orang yang tidak berani membayangkan untuk bisa sekolah karena keterbatasannya. Bersyukur.

            Jodoh belum bertemu dan bertamu. Tenang saja, mungkin kita sedang berjalan ke arah yang sama pada titik yang sama. Jadilah calon pasangan yang terbaik mulai dari sekarang. Walaupun kita saat ini belum tahu siapa yang kelak akan menjadi pasangan kita. Fokus pada tugas kita, belajar. Yang menjadi tujuan kita saat ini adalah “selembar kertas” yang siang dan malam didoakan oleh kedua orang tua agar dapat kita peroleh dengan mudah. Tentang jodoh itu agaknya benar-benar akan unik. Boleh jadi kita belum pernah bertemu dengannya, atau malah yang selama ini ada di dekat kita. Bersyukur. Kita masih punya waktu untuk merenung disaat sebagian orang ada yang melalui jalan yang salah untuk bertemu jodohnya.

            Tentang masalah yang lainnya, La Tahla, jangan mengeluh. Lebih lagi jangan membandingkan keadaan kita dengan orang lain. Dalam istilah Jawa, katanya hidup ini tentang “wang sinawang”, kita merasa kitalah yang lebih susah daripada orang lain. Padahal orang lain juga merasakan hal yang sebaliknya kita rasakan. Saya dan mungkin kita berubah menjadi ananiah  atau egois memperebutkan bahwa kitalah yang paling menderita. Dimana syukur kita?.

            Saya tidak pandai menuliskan pemikiran dengan baik. Sebagian besar tulisan ini berisi tentang yang sedang saya perjuangkan untuk dilakukan. Meskipun Allah SWT telah berjanji dan janji-Nya itu pasti, tugas kita adalah berusaha, berdo’a, tawakal, mohon ampun, dan bersyukur. Semoga Allah tidak menghukum kita jika kita lupa atau melakukan kesalahan, semoga Allah tidak membebani kami dengan beban yang berat, dan semoga Allah tidak memikulkan kepada kita apa yang tidak sanggup kita pikul. Semoga kita menjadi orang yang selalu ingat untuk bersyukur dan tidak egois.

“.....Maafkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”(QS. Al-Baqarah:286).


By : Ineu Handayani

 HUMAS MEDIA UKKI