'Utsman bin 'Affan Radhiyallahu 'anhu, Yuk Ingat-ulangku
Ia adalah cucu dari
Abu al Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf. Nasab keturunannya
bertemu dengan Rasulullah صلى الله عليه و سلم di Abdu Manaf, yang merupakan kakek ke lima.
Nama ibunya adalah Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Habib bin Abdi Syams bin
Abdu Manaf yang kemudian menganut Islam yang baik dan teguh. Sementara Ibunya
adalah putri Ummul Hakim al Baidha’ binti Abdul Muthalib.
Nama lengkapnya adalah ‘Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams
bin Abdi Manaf al Umawy al Qurasy, pada masa Jahiliyah ia dipanggil dengan Abu
‘Amr dan pada masa Islam nama julukannya (kunyah) adalah Abu ‘Abdillah. Dan
juga ia digelari dengan sebutan “Dzunnuraini”, dikarenakan beliau menikahi dua
puteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yaitu Ruqayah dan Ummu
Kaltsum.
Utsman masuk islam pada awal datangnya islam di Mekah. Melakukan hijrah 2 kali
(Habasayah dan Madinah). Mengemban kekhilafahan selama 12 tahun kurang 10
hari. Ada riwayat menyebutkan kurang12 hari.
Keutamaannya
Imam Muslim telah meriwayatkan dari ‘Aisyah, seraya berkata,” Pada suatu hari
Rasulullah sedang duduk dimana paha beliau terbuka, maka Abu Bakar meminta izin
kepada beliau untuk menutupinya dan beliau mengizinkannya, lalu paha beliau
tetap dalam keadaan semula (terbuka). Kemudian Umar minta izin untuk
menutupinya dan beliau mengizinkannnya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan
semula (terbuka), ketika Utsman meminta izin kepada beliau, maka beliau
melepaskan pakaiannya (untuk menutupi paha terbuka). Ketika mereka telah pergi,
maka aku (Aisyah) bertanya,”Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar telah meminta
izin kepadamu untuk menutupinya dan engkau mengizinkan keduanya, tetapi engkau
tetap berada dalam keadaan semula (membiarkan pahamu terbuka), sedangkan ketika
Utsman meminta izin kepadamu, maka engkau melepaskan pakaianmu (dipakai untuk
menutupinya). Maka Rasulullah menjawab,” Wahai Aisyah, Bagaimana aku tidak
merasa malu dari seseorang yang malaikat saja merasa malu kepadanya”.
Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk
ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut.
Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia
masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata laki-laki
tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain meminta diizinkan
masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa
ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang
lagi seorang lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu
bersabda, “Izinkan ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga
disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman
bin Affan.
Dari Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun timbangan dan
umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari
mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku
diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku.
Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di
sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman
di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia
lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).
Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin
al-Khattab.
Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan
seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat
ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat
Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh orang-orang
terbaik tersebut.
Ibnu ‘Asakir dan yang lainnya menjelaskan dalam kitab “Fadhail ash Shahabah”
bahwa Ali bin Abi Thalib ditanya tentang Utsman, maka beliau menjawab,” Utsman
itu seorang yang memiliki kedudukan yang terhormat yang dipanggil dengan
Dzunnuraini, dimana Rasulullah menikahkannya dengan kedua putrinya.
Kabar Tentang
Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan Memberontaknya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah
mengutus seseorang untuk memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang,
Rasulullah menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah
menyambutnya, maka salah seorang dari kami menyambut kedatangan yang lain. Dan
ucapan terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah
“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian
(mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan
pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku
(meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad).
Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah
bin Umar bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa
dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau
mengatakan, ‘Wahai Utsman, berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya
beliau berpuasa dan di hari itulah beliau terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak,
3: 103).
Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul
mukminin, keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika
engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata,
‘Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah,
Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau
akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah
matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat’.”
(Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).
Perjalanan hidupnya
Perjalanan hidupnya yang tidak pernah terlupakan dalam sejarah umat islam
adalah beliau membukukan Al-Qura’an dalam satu versi bacaan dan membuat
beberapa salinannya yang dikirim kebeberapa negeri negeri Islam. Serta
memerintahkan umat Islam agar berpatokan kepadanya dan memusnahkan mushaf yang
dianggap bertentangan dengan salinan tersebut. Atas Izin allah Subhanahu wa
ta’ala, melalui tindakan beliau ini umat Islam dapat memelihara ke autentikan
Al-Qur’an samapai sekarang ini. Semoga Allah membalasnya dengan balasan yang
terbaik.
Diriwayatkan dari oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnadnya dari yunus
bahwa ketika al Hasan ditanya tentang orang yang beristirahat pada waktu tengah
hari di masjid ?. maka ia menjawab,”Aku melihat Utsman bin Affan beristirahat
di masjid, padahal beliau sebagai Khalifah, dan ketika ia berdiri nampak sekali
bekas kerikil pada bagian rusuknya, sehingga kami berkata,” Ini amirul
mukminin, Ini amirul mukminin..”
Diriwayatkan oleh Abu Na’im dalam kitabnya “Hulyah al Auliyah” dari Ibnu Sirin
bahwa ketika Utsman terbunuh, maka isteri beliau berkata,” Mereka telah tega
membunuhnya, padahal mereka telah menghidupkan seluruh malam dengan Al-Quran”.
Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, seraya ia berkata
dengan firman Allah”. “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (Qs Az-Zumar:9) yang dimaksud adalah Utsman bin Affan.
Wafatnya
Ia wafat pada tahun 35 H pada pertengahan tasyriq tanggal 12 Dzul Hijjah, dalam
usia 80 tahun lebih, dibunuh oleh kaum pemberontak (Khawarij).
Nama ibunya adalah Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Habib bin Abdi Syams bin Abdu Manaf yang kemudian menganut Islam yang baik dan teguh. Sementara Ibunya adalah putri Ummul Hakim al Baidha’ binti Abdul Muthalib.
Nama lengkapnya adalah ‘Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawy al Qurasy, pada masa Jahiliyah ia dipanggil dengan Abu ‘Amr dan pada masa Islam nama julukannya (kunyah) adalah Abu ‘Abdillah. Dan juga ia digelari dengan sebutan “Dzunnuraini”, dikarenakan beliau menikahi dua puteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Utsman masuk islam pada awal datangnya islam di Mekah. Melakukan hijrah 2 kali (Habasayah dan Madinah). Mengemban kekhilafahan selama 12 tahun kurang 10 hari. Ada riwayat menyebutkan kurang12 hari.
Imam Muslim telah meriwayatkan dari ‘Aisyah, seraya berkata,” Pada suatu hari Rasulullah sedang duduk dimana paha beliau terbuka, maka Abu Bakar meminta izin kepada beliau untuk menutupinya dan beliau mengizinkannya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka). Kemudian Umar minta izin untuk menutupinya dan beliau mengizinkannnya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka), ketika Utsman meminta izin kepada beliau, maka beliau melepaskan pakaiannya (untuk menutupi paha terbuka). Ketika mereka telah pergi, maka aku (Aisyah) bertanya,”Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar telah meminta izin kepadamu untuk menutupinya dan engkau mengizinkan keduanya, tetapi engkau tetap berada dalam keadaan semula (membiarkan pahamu terbuka), sedangkan ketika Utsman meminta izin kepadamu, maka engkau melepaskan pakaianmu (dipakai untuk menutupinya). Maka Rasulullah menjawab,” Wahai Aisyah, Bagaimana aku tidak merasa malu dari seseorang yang malaikat saja merasa malu kepadanya”.
Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.
Dari Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).
Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.
Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik tersebut.
Ibnu ‘Asakir dan yang lainnya menjelaskan dalam kitab “Fadhail ash Shahabah” bahwa Ali bin Abi Thalib ditanya tentang Utsman, maka beliau menjawab,” Utsman itu seorang yang memiliki kedudukan yang terhormat yang dipanggil dengan Dzunnuraini, dimana Rasulullah menikahkannya dengan kedua putrinya.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus seseorang untuk memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang dari kami menyambut kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah
“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad).
Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah bin Umar bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman, berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya beliau berpuasa dan di hari itulah beliau terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).
Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul mukminin, keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).
Perjalanan hidupnya yang tidak pernah terlupakan dalam sejarah umat islam adalah beliau membukukan Al-Qura’an dalam satu versi bacaan dan membuat beberapa salinannya yang dikirim kebeberapa negeri negeri Islam. Serta memerintahkan umat Islam agar berpatokan kepadanya dan memusnahkan mushaf yang dianggap bertentangan dengan salinan tersebut. Atas Izin allah Subhanahu wa ta’ala, melalui tindakan beliau ini umat Islam dapat memelihara ke autentikan Al-Qur’an samapai sekarang ini. Semoga Allah membalasnya dengan balasan yang terbaik.
Diriwayatkan dari oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnadnya dari yunus bahwa ketika al Hasan ditanya tentang orang yang beristirahat pada waktu tengah hari di masjid ?. maka ia menjawab,”Aku melihat Utsman bin Affan beristirahat di masjid, padahal beliau sebagai Khalifah, dan ketika ia berdiri nampak sekali bekas kerikil pada bagian rusuknya, sehingga kami berkata,” Ini amirul mukminin, Ini amirul mukminin..”
Diriwayatkan oleh Abu Na’im dalam kitabnya “Hulyah al Auliyah” dari Ibnu Sirin bahwa ketika Utsman terbunuh, maka isteri beliau berkata,” Mereka telah tega membunuhnya, padahal mereka telah menghidupkan seluruh malam dengan Al-Quran”.
Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, seraya ia berkata dengan firman Allah”. “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Qs Az-Zumar:9) yang dimaksud adalah Utsman bin Affan.
Ia wafat pada tahun 35 H pada pertengahan tasyriq tanggal 12 Dzul Hijjah, dalam usia 80 tahun lebih, dibunuh oleh kaum pemberontak (Khawarij).
EmoticonEmoticon