Friday 18 November 2016

Syaikh Umar Tilmisani, guru yang bersahajaa

Tags

 Hasil gambar untuk umar al tilmisani

Syaikh Umar Tilmisani

guru yang bersahajaa

Garis keturunan Syaikh Umar Tilmisani berasal dari Tilmisan, Al-Jazair. Ia lahir di kota Kairo, tahun 1322 H/1904 M, tepatnya di Jalan Hausy Qadam, Al- Ghauriyah. Ayah dan kakeknya pedagang kain dan batu permata.
Kakek Syaikh Umar Tilmisani seorang salafi yang banyak mencetak buku-buku karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Karena itu, ia tumbuh dan besar di lingkungan yang jauh dari bid’ah.
Syaikh Umar Tilmisani mengikuti Sekolah Dasar di sekolah yang dikelola yayasan sosial tingkat menengah dan atas di Madrasah Ilhamiyah, kemudian masuk Fakultas Hukum.
Tahun 1933, Syaikh Umar Tilmisani tamat dari Fakultas Hukum, kemudian mendirikan kantor pengacara di Syibin Al-Qanathir dan bergabung dengan jamaah Ikhwanul Muslimin.
Syaikh Umar Tilmisani pengacara pertama yang bergabung dengan Ikhwan, mewakafkan pemikiran, dan potensi untuk membelanya. Ia ternasuk orang dekat Imam Asy-Syahid Hasan Al- Banna. Ia sering menyertai Al-Banna dibeberapa lawatan, baik di dalam maupun di luar Mesir. Bahkan, Al-Banna sering meminta bantuannya dalam menyelesaikan beberapa masalahnya.
Syaikh Umar Tilmisani menikah saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Istrinya wafat bulan Agustus 1979, setelah menyertainya selama setengah abad lebih. Dari pernikahan ini beliau di karuniai empat orang anak; Abid, Abdul Fattah, dan dua putri.
Kesibukan Syaikh Umar Tilmisani sebagai pengacara tidak membuatnya lupa memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Ia banyak menelaah beragam ilmu, seperti tafsir, hadits, fiqh, sirah, tarikh, dan biografi para tokoh.

Syaikh Umar Tilmisani selalu mengikuti perkembangan berbagai konspirasi musuh Islam, baik di dalam maupun di luar negri. Beliau rajin mewaspadai, mengkaji menentukan sikap, menentang konspirasi dengan bijaksana dan nasihat yang baik, membantah tuduhan-tuduhan, mementahkan ungkapan-ungkapan, dan mengikis syubhat-syubhat yang di buatnya, dengan kepercayaan diri orang mukmin yang tahu ketinggian nilai agamanya. Sebab, tiada penolong setelah Allah ta’ala dan tiada agama yang diridhai Allah selain Islam.
Saya (Syekh Abdullah ‘Aqil) mengenal Syaikh Umar Tilmisani tahun 1949, ketika saya pertama kali masuk Mesir, untuk meneruskan studi di perguruan tinggi. Ketika itu ada pertemuan yang di hadiri para tokoh Ikhwan, setelah syahidnya Imam Syaukh Hasan Al-Banna dan sebelum terpilihnya Mursyid ‘Am kedua, Hasan Al-Hudhaibi. Saat itu kami mendengarkan kajian dan nasihat mereka. Dari situ, kami tahu kehalusan budi bahasa [sopan-santun], tawadhu, murah senyum, serta kasih sayangnya kepada para anggota Ikhwan, terutama generasi muda yang sangat ambisius memetik buah sebelum panen dan membalas perlakuan musuh sebanding dengan perlakuannya terhadap jamaah.
Ustadz Umar Tilmisani memberi nasihat kepada kami agar bersabar, teguh, santun, tidak tergesa-gesa dan mengharapkan imbalan dari sisi Allah ta’ala.

Komitmen Diri Syaikh Umar Tilmisa 
 
Syaikh Umar Tilmisani membekaskan kesan positif pada orang-orang yang mengenal atau berhubungan dengannya. Beliau di karuniai kejernihan hati, kebersihan jiwa, kehalusan ucapan, keluwesan ungkapan yang keluar dari lisan, keindahan pemaparan, teknik berdebat, dan berdialog dengan baik.
“Kekerasan dan ambisi untuk mengalahkan orang lain tidak pernah menemukan jalan untuk masuk ke dalam akhlakku.” kata Syaikh Umar Tilmisani menceritakan komitmen dirinya, ” Karena itu,” tegas beliau  ” Saya tidak bermusuhan dengan siapa pun, kecuali dalam rangka membela kebenaran, atau mengajak menerapkan Kitab Allah Ta’ala. Kalaupun ada permusuhan, maka itu berasal dari pihak mereka, bukan dariku. Saya menyumpah diriku untuk tidak menyakiti seorang pun dengan kata-kata kasar, meski saya tidak setuju dengan kebijakannya, atau bahkan ia menyakitiku. Karena itu, tidak pernah terjadi permusuhan antara diriku dengan seseorang karena masalah pribadi.”
Tidak berlebihan kalau saya simpulkan bahwa siapa pun yang keluar dari majelisnya, pasti mengaguminya, menghormati, dan mencintai da’i unik yang menjadi murid Imam Hasan Al- Banna ini, lulus dari madrasahnya, dan bergabung dengan jamaahnya sebagai da’i yang tulus dan ikhlas.

Akhlak dan Sifat Syaikh Umar Tilmisan
 
Syaikh Umar Tilmisani sangat pemalu, seperti diketahui orang-orang yang melihatnya dari dekat. Orang yang sering duduk dan berdialog dengan Syaikh Umar Tilmisani merasakan bahwa keras dan lamanya ujian yang beliau alami di penjara, malah mensterilkan dirinya, hingga tiada tempat di dalam dirinya selain kebenaran. Beliau mendekam di balik jeruji besi selama hampir dua puluh tahun. Beliau masuk penjara pertama kali tahun 1948. Masuk lagi tahun 1954. Penguasa Mesir memenjarakan beliau untuk ketiga kalinya tahun 1981. Namun, ujian-ujian itu tidak mempengaruhi diri beliau, dan justru menambah ketegasan dan ketegarannya.
Di wawancara dengan majalah Al-Yamamah Arab Saudi, edisi tanggal 14 januari 1982, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Tabi’at yang membesarkanku membuatku benci kekerasan, apapun bentuk-nya.” tegas beliau, ” Ini bukan hanya sikap politik, tapi sikap pribadi yang terkait langsung dengan struktur keberadaanku. Bahkan, andai dizalimi, saya tidak akan menggunakan kekerasan. Mungkin saya menggunakan kekuatan untuk mengadakan perubahan, tapi tidak untuk kekerasan.”

 Surat Untuk Presiden 
 
Di surat terbuka untuk Presiden Mesir yang dimuat surat kabar Asy-Sya’b Al-Qahiriyahn , edisi 14 Maret 1986, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Wahai yang mulia Presiden, yang terpenting bagi kami, kaum muslimin Mesir, adalah menjadi bangsa yang aman, stabil, dan tanang di bawah naungan syari’at Allah Ta’ala. Sebab kemaslahatan umat ini terletak pada penerapan syari’atNya. Tidak berlebihan bila saya katakan, bahwa penerapan syari’at Allah Ta’ala. Di Mesir akan menjadi pembuka kebaikan bagi seluruh wilayahnya. Dengan itulah, penguasa dan seluruh rakyat menda-patkan ketenangan dan kebahagiaan.” 

Nasihat-Nasihat Syaikh Umar Tilmisani
 
Di untaian nasihat yang disampaikan di depan generasi muda, da’i Ikhwan, dan lainnya, Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Tantangan yang menghadang da’i saat ini, sangat berat dan sulit. Kekuatan materi berada di tangan rival Islam yang bersatu untuk memerangi umat Islam, meskipun mereka memiliki kepentingan berbeda. Jamaah Ikhwanul Muslimin sekarang menjadi sasaran tembak mereka.
Menurut perhitungan manusia, pasukan Thalut yang beriman tidak mampu melawan Jalut dan tentaranya. Tapi, ketika pasukan kaum mukmin yakin kemenangan itu dari Allah Ta’ala, bukan hanya tergantung pada jumlah personil dan kelengkapan persenjataan, maka mereka dapat mengalahkan pasukan Jalut dengan seizin Allah Ta’ala.
Saya tidak meremehkan kekuatan personil. Juga tidak meminta da’i selalu bungkam, berdzikir dengan menggerakkan leher ke kanan dan ke kiri, memukulkan telapak tangan, dan berpangku tangan. Sebab, itu semua bencana yang membahayakan dan mematikan.
Sesungguhnya yang saya inginkan ialah berpegang teguh dengan wahyu Allah Ta’ala, berjihad dengan kalimat yang benar, tidak menghiraukan gangguan, menjadikan diri sebagai teladan dalam kepahlawanan, bersikap ksatria, tegar, dan yakin bahwa Allah Ta’ala pasti menguji hamba-hamba-Nya dengan rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, agar dapat diketahui siapa yang tulus dan siapa yang munafik. Aspek-aspek inilah yang merupakan faktor-faktor penyebab kemenangan. Kisah-kisah Al-Qur’an ialah argumen paling baik dalam masalah ini.
Semangat pemuda yang diiringi pemahaman mendalam tidak memerlukan banyak eksperimen. Tapi, sangat membutuhkan kesabaran, kekuatan komitmen pada aturan-aturan Al-Qur’anul Karim, dan tela’ah sirah generasi terdahulu yang telah menerapkannya di setiap aktivitas mereka. Itu penting, agar Allah Ta’ala mengaruniakan kemenangan, kemuliaan, dan kekuasaan yang hampir di-anggap mustahil.” 
Ketegaran dan Keberanian Syaikh Umar Tilmisani 
 
Ustadz Umar Tilmisani dikenal tegas di dalam maupun di luar penjara. Beliau tidak pernah tunduk pada ancaman atau intimidasi. Beliau juga dikenal zuhud, iffah [menjaga kehormatan], hanya takut kepada Allah Ta’ala, dan mengharapkan keridhaan-Nya.
Syaikh Umar Tilmisani berkata, “Saya tidak pernah takut kepada siapa pun selama hidupku, kecuali kepada Allah Ta’ala. Tidak ada yang dapat menghalangiku mengucapkan kebenaran yang saya yakini, meski orang lain merasa berat dan saya mendapat kesusahan karenanya. Saya katakan apa yang kuyakini dengan tenang, mantap, dan sopan, agar tidak menyakiti pendengar atau melukai perasaannya. Saya juga berusaha menjauhi kata-kata yang mungkin tidak disukai lawan bicaraku. Dengan cara seperti itu, saya mendapatkan ketenangan jiwa. Andai cara ini tidak bisa merekrut banyak kawan, maka minimal menjagaku dari kejahatan lawan.
Sikap tulus, ucapan apa adanya, kerja serius, berani menghadapi persoalan, tegar, dan teguh menghadapi tantangan dari dalam maupun dari luar adalah ciri khas Ustadz Umar Tilmisani. 

 Gaya Hidup Syaikh Umar Tilmisani
 
Gaya menawan saat dialog yang mewarnai setiap tindakan Syaikh Umar Tilmisani bukanlah tindakan yang dibuat-buat. Itulah ciri khas yang melekat pada ucapan, perilaku, akhlak, dan interaksinya; baik dengan individu, jamaah, pemimpin, penguasa, dan masyarakat luas, tanpa membeda-bedakan orang kecil atau orang besar, orang miskin atau orang kaya.
Syaikh Umar Tilmisani sangat meyakini prinsip Ikhwanul Muslimin yang diambil dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan konsensus ulama salaf. 

Jamaah Syaikh Umar Tilmisani
 
Syaikh Umar Tilmisani berpendapat, Jamaah Ikhwanul Muslimin adalah gerakan yang tulus dan murni.
Syaikh Umar Tilmisani berkata, ” Orang yang mencermati langkah-langkah Ikhwanul Muslimin, semenjak tahun 1347 H/1928 sampai hari ini, tidak menemukan kecuali serangkaian pengorbanan berkesinambungan untuk menegakkan aqidah, potensi optimal yang produktif di semua sektor kegiatan sosial, upaya pengokohan ikatan persaudaraan antar berbagai bangsa muslim, dan usaha menyebarkan perdamaian di seluruh dunia.
Ikhwanul Muslimin diperangi berbagai aliran; baik lokal maupun internasional. Meski demikian, Ikhwanul Muslimin tidak pernah sekalipun berusaha menyebarkan fitnah, memecah belah persatuan, menghancurkan lembaga-lembaga lain, berdemo secara anarkis, atau meneriakkan yel-yel untuk menjatuhkan seseorang.”
Ciri khas lain Syaikh Umar Tilmisani ialah menyejukkan, aktivitasnya membangun, dan dasar interaksinya kesetiaan, meski terhadap orang yang tidak pernah mau sepakat, bahkan memerangi Ikhwanul Muslimin.
Syaikh Umar Tilmisani berwasiat, “ Muslim tidak mengenal istilah ‘agama milik Allah Ta’ala dan tanah air milik semua orang.” Setiap muslim meyakini segala yang ada di alam ini milik Allah Ta’ala semata. Siapa yang berusaha mengubah makna ini, ia menipu yang ingin mencabut sumber kekuatan negara, agar mudah dicaplok. Orang muslim tidak mengenal pemisahan antara agama dan negara. Ia yakin sepenuhnya pemerintah tidak punya hak bersama Allah Ta’ala, sebab bila diyakini pemerintah punya hak bersa-ma Allah Ta’ala, maka pemerintah menjadi sekutu bagi-Nya. Sedang muslim tidak mengakui kemusy-rikan dalam bentuk apa pun.”

Sifat Zuhud, Tawadhu, dan Sederhana Syaikh Umar Tilmisan
 
Ustadz Umar Tilmisani adalah da’i, murabi, dan pemimpin yang hidup secara tulus dengan Allah Ta’ala, berjuang untuk menegakkan agamaNya. Beliau aktif di dunia dakwah, bersabar, selalu meningkatkan kesabaran, berjaga, berjihad, berpegang teguh pada tali agama Allah Ta’ala yang kokoh, dan bekerja sama dengan mujahid yang tulus, baik saat menjadi prajurit atau pemimpin, di penjara atau di luar penjara.
Beliau tidak pernah mengubah sikap, plin-plan, menyimpang, tamak terhadap keindahan dunia dan gemerlap jabatan. Beliau meninggalkan kehidupan yang penuh dengan bunga-bunga dunia, untuk menghadap Allah Ta’ala.
Beliau tinggal di apartemen sangat sederhana dan hidup apa adanya, tanpa memaksakan diri. Saya trenyuh saat mengunjunginya, hingga air mataku ingin keluar membasahi pipi, tapi saya berusaha menahannya karena khawatir beliau ketahui. Apalah artinya kita bila dibandingkan dengan orang-orang yang telah dibebaskan imannya dari penyakit cinta dunia, dan mengorbankan apa saja untuk memperjuangkan agama!
Apartemen Syaikh Umar Tilmisani berada di gang sempit komplek Al-Mulaiji Asy-Sya’biyah Al-Qadimah, wilayah Ath-Thahir Kairo. Tangga menuju kediamannya sudah tua dan usang, dan perabotannya sangat sederhana. Padahal beliau berasal dari keluarga kaya-raya dan berstatus sosial tinggi. Ini semua mencerminkan kezuhudan, kesederhanaan, dan ketawadhuannya.
Syaikh Umar Tilmisani dicintai pemuka masyarakat Mesir di semua lapisan. Orang-orang Qibthi juga mencintai dan menghormatinya. Bahkan pejabat negara pun segan kepadanya dan mengakui sifat-sifat mulianya.
Seluruh anggota Ikhwanul Muslimin menganggap beliau sebagai figur teladan, berlomba untuk menimba ilmunya, dan berebut untuk melaksanakan intruksinya. Sebab cinta karena Allah Ta’ala landasan interaksi mereka, penerapan syariat-Nya target mereka, dan keridhaanNya tujuan mereka.
Kunjungan Syaikh Umar Tilmisani ke berbagai negara Islam; baik Arab maupun non Arab, dan kaum muslimin di tempat pengasingan, adalah pelipur lara luka-luka umat, sekaligus bimbingan untuk kaum muslimin dalam melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk agama, umat, dan tanah air mereka.
Seluruh kajian, ceramah, dialog, nasihat, bimbingan, dan ucapan Syaikh Umar Tilmisani memberi motivasi kepada umat, terutama para pemuda, intelektual, dan kader ulama, agar memikul tanggung jawab dan menunaikan peran dalam mengembalikan kejayaan Islam, sesuai posisi dan bak-at masing-masing. Inilah tugas da’i di setiap masa dan tempat, sebab inilah risalah yang diemban pa-ra rasul yang di wariskan kepada ulama, aktivis, pergerakan, da’i yang tulus, dan kaum mukminin ya-ng ikhlas.
Karya-Karya Syaikh Umar Tilmisani
Ustadz Umar Tilmisani menyumbang hazanah pemikiranIislam dengan beberapa karya tulis di beberapa tema. Yang paling terkenal antara lain:
  1. Syahidul Mihrab ‘Umar Ibnu Al- Khathab.
  2. Al-Khuruj Minal Ma’zaqil Islamir Rohin.
  3. Al-Islamu wal Hukumatud Diniyah.
  4. Al-Islamu wal Hayah
  5. Araa Fid Din Was Siyasah.
  6. AL-Mulhimul Mauhub Hasanul Banna; Ustadzul Jil.
  7. Haula Risalah [Nahwan Nur].
  8. Dzikrayat La Mudzakkirat.
  9. Al-Islam wa Nazhratuhus Samiyah Lil Mar’ah.
  10. Ba’dhu Ma ‘Allamanil Ikhwanul Muslimun.
  11. Qalan Nasu Walam Aqul fi Hukmi ‘Abdin Nasir.
  12. Ayyam Ma’as Sadat.
  13. Min Fiqhil I’lamil Islami
  14. Min Sifatil ‘Abidin.
  15. Ya Hukkamal Muslimin, Ala Takhafunallah?.
  16. Fi Riyadhit Tauhid.
  17. La Nakhafus Salam, Walakin.


EmoticonEmoticon