Wednesday 1 March 2017

#UKK-PPG V UNY, GURUKU “ART_SITEK”

Tags

Image result for arsitek

GURUKU “ART_SITEK”
Bismillahirrahmanirrahim…

Saudara-saudaraku yang saya cintai karena Allah
Sekiranya kita patut untuk terus menyukuri nikmat Allah
Menjadikan nikmat itu sebagai tenaga kita dalam segala hal. Menjadikanya sebuah power dan bahkan super power untuk melaksanakan Amanah-Nya. Amanah yang dipesan oleh Allah dalam kitab sucinya. Kemudian menjadikan kita semua sebagai palaku Narasi-Nya.

Siapapun kita yang menjalankan Amanah itu, kemudian untuk kepentingan dirinya serta manusia selainnya. Maka dialah manusia terbaik, begitulah sabda dari Sang Kekasih-Nya, Muhammad namanya.

Berawal dari kisah seorang Aktivis Politik, Sosial, Agama dan bisa dikatakan pula aktivitas lain yang dilakukannya menjadi inspirasi orang yang mengenalnya. Beliau pernah ditanya dalam sebuah wawancara. “Apa yang anda rencanakan untuk diri anda setelah checkout dari politik?”, tanya si jurnalis. Aktivis itu bilang, “mengajar!”. Kemudian jurnalis itu memberikan pilihan dalam pertanyaannya, “Bisnis atau mengajar?”, kata si Jurnalis. Namun jawabannya pun sama, “saya ingin mengajar” kata aktivis tersebut. Kemudian jurnalis tersebut bertanya kembali, “Mengapa?”. Maka dijawablah, “Atta’alimuu sunnatul anbiya’, mengajar itu adalah pekerjaan para nabi”. Begitulah jawaban seorang Aktivis tersebut.

Subhanallah, jadi Saya mengajak diri saya pribadi dan saudara-saudaraku untuk tidak minder, merasa rendah diri. Semata-mata hanya karena pekerjaan kita nanti adalah, seorang guru. Karena guru itu adalah tugas mulia, karena sejatinya pekerjaan seperti para nabi. Dan kita lah sang penerus warisan itu Insya Allah.

Dan perubahan paling besar yang bisa kita ciptakan dalam kehidupan manusia itu hanya mungkin kita lakukan, jika kita memposisikan diri sebagai guru, dalam seluruh pekerjaan kita. Baik itu di dunia pendidikan khususnya, di dunia ekonomi, didunia social politik, birokrasi dan seterusnya.

Nah, saudaraku-saudaraku yang saya cintai karena Allah. kita ini bergerak dalam bidang yang paling substansial dalam kehidupan manusia. Disebebkan karena mengajar itu Bukan Cuma memindahkan materi / mengajarkan materi kepada murid. Tetapi hakikat mengajar itu sesungguhnya adalah sina’atul insan, membentuk manusia.

Dan begitu kita menyadari bahwa hakikatnya adalah sina’atul insan, maka pekerjaan kita yang paling inti sebenarnya adalah bagaimana merekonstruksi seorang manusia. Dalam suatu masa bagaimana dia berinteraksi dengan kita Dalam proses belajar mengajar. Dan menjadikan momentum itu sebagai suatu momen yang dimana dirinya merekonstruksi dirinya secara keseluruhan.

Jadi 5 tahun, 10, atau bakhan 20 tahun lebih kemudian, jika orang itu ditanya salah satu momen apa yang paling berpengaruh di dalam hidupnya, maka dia seharusnya menyebut adalah momen ketika berinteraksi bersama kita.

Saya ingin mengajak teman-teman sekalian memikirkan ini dengan sangat serius. Salah satu poin dalam proses Sina’atul insan itu ialah membentuk kembali mainset, cara berfikir manusia. Berfikir dengan cara yang jauh lebih progresif dari pada yang sebelumnya.

Krenanya membentuk mainset, membentuk karakter manusia. Maka pelaku arsitek peradaban manusia muslim (terutama seorang pengajar/guru/pendidik) itu setidaknya mempunayai 4 mainset secara berfikir. 4 mainset arsitek peradaban.
  1. Manusia muslim itu harus mempunyai yang disebut dengan Akliyatu Handasyah. Mainset Engineering, mainset sebagai perekayasa.
  2. Manusia muslim itu harus punya Akliyatu Taskhiir, Mainset sebagai penakluk.
  3. Manusia muslim itu harus punya yang disebut dengan Akliyatut Tajriib, mainset sebagai penjelajah.
  4. Akliyatul i'daad, mainset sebagai innovator.

Mainset yang pertama Akliyatu Handasyah, teman teman sekalian. Itu sebenarnya murni karena demikianlah Allah mengatur struktur kehidupan kita, maka kita harus memiliki sifat akliyatu handasyah. Mainset perekayasa.

Kalau kita lihat pada ayat-ayat dasar penciptaan, Allah mengatakan dalam QS. Al Baqarah ayat 30,  

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi"

Maka, untuk itulah Allah menciptakan kita semua di semesta ini. Untuk merealisasikan kehendak-kehendak Allah dalam kehidupan kita di Bumi ini. Dan inilah yang kemudian menjadi pendukung unsur-unsur peradaban.

Yang pertama adalah Misi,
yang ke dua adalah manusia sebagai pelaku,
yang ke tiga adalah ruang, tempat,
dan yang ke 4 adalah waktu,

Misi itulah yang dituliskan Allah dalam kitab suci dan dijelaskan serta dijalankan oleh nabi-nabi, sebagai pelakunya. Maka itulah pekerjaan mereka. Berarti kalau kita menyampaikan kebaikan-kebaikan dalam kitab suci dan AsSunnah dan mengajak manusia, dalam masa-masa yang berbeda, dalam perubahan ruang dan waktu. Maka bisa dikatakan kita telah melaksanakan pekerjaan, seperti pekerjaan nabi-nabi. Karena kita termasuk dalam unsur peradaban.

Nah, saudara-saudara sekalian dengan cara seperti ini, Al Quran ingin mengajarkan kita tentang satu poin dalam cara berfikir. Bahwa jika tujuan hidup kita mengatur kehidupan ini, missal dalam dunia pendidikan. Maka tugas kita ini sebenarnya adalah tugas seorang desainer dan Engineer, perekayasa. akliyatu handasyah. Dengan mempertimbangkan realitas-realitas ruang dan waktu. 


Nah, pemikiran seperti inilah yang sering hilang dalam kehidupan kita sekalian. Itulah makanya hidup kita sering diatur oleh orang lain, karena kita sendiri tidak tahu bagaimana cara mengatur hidup kita sendiri dengan baik.

Yang ke dua
Akliyatu Taskhiir, mainset penakluk

Kalau kita menonton acara Planet Animals, kita akan tau sesi program tentang Wild Animals, binatang liar. Coba perhatikan cara singa atau harimau memandang. Singa itu kalau dibanding gajah, badanya tidak terlalu besar. Tapi apa yang disebut raja hutan itu gajah?, tidak. Bukan juga badak, bukan juga jerapah, atau bukan juga buaya. Tapi singa. Perhatikan cara singa memandang, pandangannya itu adalah pandangan sang penakluk.

Nah, kalo kita fight sama singa kita pasti kalah, kalau kita fight sendiri dengan singa tanpa alat pelindung. Tapi dengan akal kita, kita bisa kumpulkan sing-singa itu dalam sebuah sebuah taman safari yang indanh. Itulah yang disebut dengan Akliyatu Taskhiir.

Manusia itu tidak bisa menyelam seperti ikan, tidak bisa terbang seperti burung, dan tidak bisa berlari seperti ceetah. Tapi dengan tools yang namanya akal/ Mindset ini. Kita bisa menciptakan kapal selam yang jauh lebih bisa menyelam besar dari pada ikan, pesawat terbang yang jaraknya jauh lebih panjang daripada yang bisa ditempuh oleh burung, dan kendaraan-kendaraan cepat lainnya. Itulah penaklukan.




Jadi kalau kita menghadapi kendala-kendala dalam proses desain tadi. Kita akan memandang semua masalah itu dalam perspektif Taskhiir, Penakluk.

Yang ke Tiga
Adalah Akliyatut Tajriib, mainset sebagai penjelajah

Aqliyatu Tajribiyah atau mindset eksperimentasi. Seorang Muslim harus mengeksekusi gagasan mulianya. Melalukan uji coba atas inovasi dan kreativitasnya dalam sebuah laboratorium kehidupan. Trial and error. Uji coba, gagal, evaluasi, sempurnakan lalu coba lagi. Begitu seterusnya sampai berhasil.


Allah SWT. Berfirman dalam Al Quran

"Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah”

Jadi, Jelajahilah bumi ini, lalu lihat, perhatikan, analisa. Berapa kali itu terulang dalam alquran.
Itu adalah metodologi yang diajarkan oleh quran kepada kita semuannya. 
Studi banding, belajar kemana mana, jelajahi, perhatikan dan ambil ilmunya.


Yang ke 4,
Adalah Akliyatul i'daad, mainset sebagai innovator
SEBUAH PUISI

“ Tuhan engkau menciptakan hutan-hutan…
“Dan aku merubahnya menjadi taman-taman…

Hutan itu adalah pencitaan pertama, dan merubah hutan menjadi taman itu adalah penciptaan kedua, dan itulah yang disebut sebagai Innovator dan memikirkan hal-hal yang tidak difikirkan oleh kebanyakan orang. Inovasi inilah yang harus kita miliki dan kita ajarkan juga kepada anak-anak didik kita kelak. Termasuk juga anak kandung kita sendiri.

semoga memberikan inspirasi serta membuka cakrawala berfikir kita semua dengan lebih baik. Aamiin.

Tulisan ini,
Inspirasi dari sebuah kajian yang saya kagumi sekali pematerinya. J




EmoticonEmoticon