SAID SABIQ
siapakah said sabiq?
Sayyid Sabiq lahir di di Istanha, Distrik al-Bagur, Propinsi 
al-Munufiah, Mesir, tahun 1915. Ulama kontemporer Mesir yang memiliki 
reputasi internasional di bidang fikih dan dakwah Islam, terutama 
melalui karyanya yang monumental, Fikih as-Sunnah (Fikih Berdasarkan Sunah Nabi).
Nama lengkapnya adalah Sayyid Sabiq Muhammad at-Tihamiy. Lahir dari 
pasangan keluarga terhormat, Sabiq Muhammad at-Tihamiy dan Husna Ali 
Azeb di desa Istanha (sekitar 60 km di utara Cairo). Mesir. At-Tihamiy 
adalah gelar keluarga yang menunjukkan daerah asal leluhurnya, Tihamah 
(dataran rendah Semenanjung Arabia bagian barat). Silsilahnya 
berhubungan dengan khalifah ketiga, Utsman bin Affan (576-656). 
Mayoritas warga desa Istanha, termasuk keluarga Sayyid Sabiq sendiri, 
menganut Mazhab Syafi'i.
Sesuai dengan tradisi keluarga Islam di Mesir pada masa itu, Sayyid 
Sabiq menerima pendidikan pertamanya pada kuttab (tempat belajar pertama
 tajwid, tulis, baca, dan hafal al-Quran). Pada usia antara 10 dan 11 
tahun, ia telah menghafal al-Quran dengan baik, Setelah itu, ia langsung
 memasuki perguruan al-Azhar di Cairo dan di sinilah ia menyelesaikan 
seluruh pendidikan formalnya mulai dari tingkat dasar sampai tingkat 
takhassus (kejuruan). Pada tingkat akhir ini ia memperoleh asy-Syahadah 
al-'Alimyyah (1947), ijazah tertinggi di Universitas al-Azhar ketika 
itu, kurang lebih sama dengan ijazah doktor.
Meskipun datang dari keluarga penganut Mazhab Syafi'i, Sayyid Sabiq 
mengambil Mazhab Hanafi di Universitas al-Azhar. Para mahasiswa Mesir 
ketika itu cenderung memilih mazhab ini karena beasiswanya lebih besar 
dan peluang untuk menjadi pegawai pun lebih terbuka lebar. Ini merupakan
 pengaruh Kerajaan Turki Usmani (Ottoman), penganut Mazhab Hanafi, yang de Facto
 menguasai Mesir hingga tahun 1914. Namun demikian, Sayyid Sabiq 
mempunyai kecenderungan suka membaca dan menelaah mazhab-mazhab lain.
GURU GURU SAID SABIQ
Di antara guru-guru Sayyid Sabiq adalah Syekh Mahmud Syaltut dan Syekh 
Tahir ad-Dinari, keduanya dikenal sebagai ulama besar di al-Azhar ketika
 itu. Ia juga belajar kepada Syekh Mahmud Khattab, pendiri al-Jam'iyyah 
asy-Syar'iyyah li al-'Amilin fi al-Kitab wa as-Sunnah (Perhimpunan 
Syariat bagi Pengamal al-Quran dan Sunah Nabi). Al-Jam'iyyah ini 
bertujuan mengajak umat kembali mengamalkan al-Quran dan sunah Nabi saw 
tanpa terikat pada mazhab tertentu.
Sejak usia muda, Sayyid Sabiq dipercayakan untuk mengemban berbagai 
tugas dan jabatan, baik dalam bidang administrasi maupun akademi. Ia 
pernah bertugas sebagai guru pada Departemen Pendidikan dan Pengajaran 
Mesir. Pada tahun 1955 ia menjadi direktur Lembaga Santunan Mesir di 
Mekah selama 2 tahun. Lembaga ini berfungsi menyalurkan santunan para 
dermawan Mesir untuk honorarium imam dan guru-guru Masjidilharam, 
pengadaan kiswah Ka'bah, dan bantuan kepada fakir-miskin serta berbagai 
bentuk bantuan sosial lainnya. la juga pernah menduduki berbagai jabatan
 pada Kementerian Wakaf Mesir. Di Unversitas al-Azhar Cairo ia pernah 
menjadi anggota dewan dosen.
Sayyid Sabiq mendapat tugas di Universitas Jam'iah Umm al-Qura, Mekah. 
Pada mulanya, ia menjadi dewan dosen, kemudian diangkat sebagai ketua 
Jurusan Peradilan Fakultas Syariat (1397-1400 H) dan direktur 
Pascasarjana Syariat (1400-1408 H). 
Sesudah itu, Sayyid Sabiq kembali menjadi anggota dewan dosen Fakultas 
Usuluddin dan, mengajar di tingkat pascasarjana. Sejak muda ia juga 
aktif berdakwah melalui ceramah di masjid-masjid pengajian khusus, 
radio, dan tulisan di media massa. Ceramahnya di radio dan tulisannya di
 media massa dapat dibaca dan dikaji.
Sayyid Sabiq tetap bergabung dengan al-Jam'iyyah asy-Sy-ar'iyyah li 
al-'Amilin fi al-Kitab wa as-Sunnah. Pada organisasi ini ia mendapat 
tugas untuk menyampaikan khotbah Jumat dan mengisi 
pengajian-pengajiannya. la juga pernah dipercayakan oleh Hasan al-Banna 
(1906-1949), pendiri Ikhwanul Muslimin (suatu organisasi gerakan Islam 
di Mesir) untuk mengajarkan fikih Islam kepada anggotanya. Bahkan, 
karena menyinggung persoalan politik dalam dakwahnya, ia sempat 
dipenjarakan bersama sejumlah ulama Mesir di masa pemerintahan Raja 
Farouk (1936-1952) pada tahun 1949 dan dibebaskan 3 tahun kemudian.
Di desa Istanha, Sayyid Sabiq mendirikan sebuah pesantren yang megah. 
Guru-gurunya diangkat dan digaji oleh Universitas al-Azhar. Karena 
jasanya dalam mendirikan pesantren ini dan sekaligus penghargaan baginya
 sebagai putra desa, al-Jam'iyyah asy-Syar'iyyah li al-'Amilin fi al-Kitab wa as-Sunnah, pengelola pesantren, menamakan pesantren Ma'had as-Sayyid Sabiq al-Azhari (Pesantren Sayyid Sabiq Ulama al-Azhar).
KARYA KARYA SAID SABIQ
Sayyid Sabiq menulis sejumlah buku yang sebagiannya beredar di dunia Islam, termasuk di Indonesia, antara lain: Al-Yahud
 fi al-Qur'an (Yahudi dalam Al-Quran), 'Anasir al-Quwwah fi al-lslam 
(Unsur-Unsur Dinamika dalam Islam), Al-'Aqa'id at-Islamiyyah (Akidah 
Islam), Ar-Riddah (Kemurtadan), As-Salah wa at-Taharah wa al-Wudu' 
(Salat, Bersuci, dan Berwudu), dll
Sebagian dari buku-buku ini telah diterjemahkan ke bahasa asing, 
termasuk bahasa Indonesia. Namun, yang paling populer di antaranya 
adalah Fikih as-Sunnah. Buku ini telah dicetak ulang oleh berbagai 
percetakan di Mesir, Arab Saudi, dan Libanon. Buku ini juga sudah 
diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia, seperti Inggris, Perancis, Urdu,
 Turki, Swawahili, dan Indonesia.
Sayyid Sabiq seorang ulama moderat, menolak paham yang menyatakan 
tertutupnya pintu ijtihad. Dalam menetapkan hukum, ia senantiasa merujuk
 langsung pada al-Quran dan sunnah Nabi saw, tanpa terikat pada mazhab 
tertentu, sehingga tidak jarang ia mengemukakan pendapat para ulama yang
 disertakan dengan dalilnya tanpa melakukan tarjih (menguatkan salah 
satu dan dua dalil). 
Referensi Makalah®
Kepustakaan: 
Abdul Aziz Dahlan, et al, (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997).

EmoticonEmoticon